Pujiansetelah adzan walaupun dilafalkan dengan bahasa Jawa yang berisi beragam nasehat agama, namun selalu diiringi sholawat. "Adapun membaca shalawat dan salam atas Nabi SAW setelah adzan (puji-pujian) p. Ustadz Muhammad Alhabsyi110, [31.03.16 11:13] ara masyayikh menjelaskan bahwa hal itu hukumnya sunat. Dan seorang muslim tidak ragu
Pujian Puasa adalah doa yang dilantunkan oleh Mushola atau Masjid ketika menjelang Sholat Fardlu selama bulan Ramadan atau puasa. Pada Pujian Ramadhan ini biasanya melantunkan syair yang bersumber dari doa yang merupakan anjuran selama Ramadhan. Di Indonesia, Puji-pujian sebelum sholat fardlu sudah menjadi budaya. Jika di Jawa Timur, biasanya jamaah melantunkan puji-pujian setelah adzan, di antara adzan dan iqomat. Di beberapa daerah, jamaah melantukan puji-pujian sebelum adzan. Lalu apa sih pengertian pujian sebelum iqomat dan apa sih pujian yang khas bulan ramadhan? Pengertian Pujian Jelang Sholat Menurut situs resmi Nahdlatul Ulama mengatakan bahwa Puji-pujian dilantunkan di mushalla, langgar atau masjid merupakan nyanyian puitis yang bernuansa keagamaan. Jamaah biasanya akan melantukan Puji-pujian tersebut secara bersama-sama menjelang shalat Subuh, Dzhur, Ashar, Maghrib atau Isya sembari menanti datangnya anggota masyarakat lain yang turut mendirikan shalat berjamaah. Puji-pujian tersebut ada yang menggunakan bahasa Arab maupun bahasa daerah. Mungkin berkat susunannya yang ritmis, masyarakat menjadi mudah menghafal puji-pujian dan menyebar dari satu musala atau masjid ke musala lainnya. Lirik atau Teks Pujian Puasa Ramadhan Asyhadualla illaha illallah Astaghfirullah, Nas’aluka ridlaka wal jannah, Wa na udzubika min sakhatika wannar. Allahumma innaka affun karim, tuhibbul afwa fa’fu anna ya karim. Allahumma salimna li ramadlan, Wassalim ramadlana lana wa tasalamhu minna mutaqabbala. Itu lirik atau teks pujian ramadhan dalam tulisan latin, mohon maaf jika ada kekeliruan. Kami siap menerima koreksi jika ternyata lirik atau teks di atas salah. Selanjutnya apa sih arti dan makna teks pujian ramadhan di atas? Arti atau Makna Teks Pujian Puasa Ramadhan Saya bersaksi tiada tuhan selain Allah, saya mohon ampunan kepada Allah, kami mohon kepadamu ridlo, surga, mohon dijauhkan dari murkamu dan api neraka. Ya Allah engkau maha pemaaf lagi maha mulia, engkau mencintai pemaafan maka maafkanlah kami wahai dzat yang maha mulia. Ya Allah antarkanlah kami antarkanlah kami hingga sampai ramadlan, dan antarkanlah ramadlan kepada kami, dan terimalah amalan-amalan kami di bulan ramadlan. Itulah makna atau arti pujian puasa ramadhan di atas. Lagi-lagi kami menerima koreksi jika memang ada yang kurang. Waktu Pelantunan Pujian Puasa Ramadhan Pujian puasa dilantunkan mulai awal bulan puasa. Masyarakat akan melantunkan Pujian ramadhan ini pertama kali saat sesudah adzan shalat Isya’ di malam pertama ramadhan. Tergantung waktu pengambilan keputusan pemerintah melalui sidang itsbat juga sih. Pujian ini dilantunkan setiap sesudah adzan dan sebelum iqamat shalat wajib lima waktu selama bulan puasa. Biasanya juga dilantunkan saat ada acara-acara resmi yang bernuansa keagamaan selama bulan ramadhan. Seperti pengajian umum, pertemuan organisasi Islam dan lain-lain. Siapapun kamu yang pernah tinggal di sepanjang pantura Jawa kamu akan mendengarkan pujian ini sepanjang jalan selama bulan ramadan. Ketika kamu mendengarkan maka kamu akan merasakan betapa syahdunya bulan puasa. Saya sebagai perantau saya selalu mudik lebih awal, selain menghindari macet juga karena demi menikmati lantunan pujian-pujian ramadhan ini. Saya selalu kangen dengan suara langgar, mushola dan masjid berlomba melantunkannya. Ya Allah, saya kangen rumah dengan segala kesederhanaan dan kehikmadan menikmati bulanmu yang mulia ini. Untuk kamu yang tahun ini tidak dapat menikmati silaturahim ke rumah, tetaplah sabar. Berdoalah semoga di tahun depan kita bisa sama-sama menikmati bulan puasa serta hari raya idul fitri di kampung halaman tercinta. Selain pujian puasa, ada tradisi lainnya yang khas yaitu Pujian Setelah tarawih. Pujian ini dilantunkan setelah sholat tarawih selesai atau tepatnya setelah doa sholat witir. Sebagai penanda rangkaian sholat tarawih sudah usai. Jamaah melantunkan pujian setelah tarawih sambil bersalaman dengan jamaah lainnya untuk merekatkan tali silaturahmi. Demikian tulisan saya tentang pujian khas puasa. Tulisan yang penuh emosi karena saya kangen banget sama rumah di Tuban sana. Mari kita tutup dengan doa semoga kita semua dalam lindungan Allah SWT. Marhaban ya ramadan, bulan penuh berkah dan ampunan. Post Views 16,499
ShalawatJawa - Puji-Pujian Setelah Adzan, Jepara. 15 likes · 26 talking about this. Shalawat Jawa Puji-Pujian Setelah Adzan pada Jaman Jadul Foto IlustrasiNU Jember/Dok. Aswaja NU Jember Sebelum mengerjakan shalat maktubah, seringkali kita mendengar pujian sholawatan yang biasanya dikumandangkan setelah adzan dan sebelum iqamah. Tradisi pujian ini mengakar kuat di tengah masyarakat Nusantara selama puluhan tahun. Namun warisan tradisi leluhur tersebut, keberadaanya mulai terpinggirkan, bahkan kerap kali dituding sebagai amaliah tanpa berdalil. Amaliah yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Di sisi lain, hal tersebut dianggap mengganggu ketenangan orang yang sedang menjalankan ibadah sunah sebelum maktubah. Misalnya shalat sunnah qabliyah, dzikir, atau pun yang sedang berdoa, pasalnya pujian tersebut di kumandangkan secara jahr keras melalui speaker masjid atau mushalla. Lalu bagaiamanakah hukum sebenarnya tentang pujian sebelum sholat maktubah tersebut?. Benarkah sebagai amaliah yang menyalahi sunnah, dan dituding bid’ah? Mari kita simak ulasannya berikut ini Ada banyak sekali amalan sunnah yang dapat dikerjakan, baik sebelum maupun sesudah shalat. Diantara kesunnahan tersebut adalah mengumandangkan adzan, sebagai tanda masuknya waktu shalat. sebagaimana dalam Hadits riwayat Imam Bukhari إِذا حضرت الصÙَلَاة فليؤذن لكم أحدكُم وليؤمكم أكبركم Artinya “Ketika telah tiba waktu shalat, maka hendaklah salah satu dari kalian mengumandangkan adzan, dan hendaklah yang menjadi imam bagi kalian ialah orang yang lebih tua dari kalian semua”.  Saat adzan berlangsung, kesunnahan berikutnya ialah menjawab adzan, bershalawat kepada Nabi, dan menyelesaikannya dengan doa, seperti Hadits berikut ini إِذَا سَمِعْتُمِ الْمُؤَذÙِنَ فَقُولُوا مِØÙ’لَ مَا يَقُولُ ØÙÙ…Ùَ صَلÙُوا عَلَيÙَ فَإِنÙَهُ مَنْ صَلÙَى عَلَي صَلَاةً صَلÙَى اللÙَهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ØÙÙ…Ùَ سَلُوا اللÙَهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ فَإِنÙَهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنÙَةِ لَا تَنْبَغِي إِلÙَا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللÙَهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ اللÙَهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ حَلÙَتْ لَهُ الشÙَفَاعَةُ Artinya “Apabila kamu mendengar muadzin mengumandangkan adzan, ucapkanlah seperti apa yang diucapkan, kemudian bershalawatlah kepadaku, karena sesungguhnya barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali niscaya Allah akan bershalawat kepadanya sebanyak sepuluh kali. Setelah itu mintalah kepada Allah Al-Wasilah untukku, karena wasilah itu suatu kedudukan yang sangat luhur di surga, yang tidak sepatutnya diberikan kecuali bagi seorang hamba dari hamba-hambanya Allah, dan aku berharap akulah hamba tersebut, maka barang siapa yang memohon wasilah untukku maka dia mendapat syafaatku”. Kesimpulan dari hadist tersebut ialah Pertama, Manakala seseorang mendengar adzan, maka sunnah menjawabnya dengan kalimat yang sama, kecuali pada kalimat “Hayya ala shalah dan hayya ala falah” yang dijawab dengan bacaan dzikir la hawla wala quwwata illa billah. Kedua, membaca sholawat kepada Nabi. ketiga, berdoa kepada Allah untuk memberikan wasilah kepada Nabi Muhammmad SAW. Berdasarkan pemaparan di atas, maka perintah bershalawat setelah adzan sejatinya berdasar pada sunnah Nabi, namun pada tataran praktiknya muadzin atau masyarakat mengemas shalawat dengan model pujian-pujian, menggunakan nada khas daerah masing-masing. Baik perseorangan, bersama-sama, maupun bergantian. Pujian shalawat tersebut biasa dilantunkan menggunakan speaker masjid dan dilakukan sebelum shalat berjamaah. Sehingga tradisi shalawat yang dikemas melalui model pujian seperti ini, menuai reaksi keras dari sebagian kalangan kecil yang menilainya sebagai amaliah bid’ah, dan tak pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW maupun sahabat. Benarkah demikian? Imam Ibnu Hajar al-Haitami, dalam kitab Fatawa Al- Fiqhiyyah Al-Kubra mengatakan فَائِدَةٌ قَدْ أَحْدَØÙŽ الْمُؤَذÙِنُونَ الصÙَلَاةَ وَالسÙَلَامَ عَلَى رَسُولِ اللÙَهِ عَقِبَ الْأَذَانِ لِلْفَرَائِضِ الْØÙŽÙ…ْسِ؛ إلÙَا الصÙُبْحَ وَالْجُمُعَةَ فَإِنÙَهُمْ يُقَدÙِمُونَ ذَلِكَ فِيهِمَا عَلَى الْأَذَانِ؛ وَإِلÙَا الْمَغْرِبَ فَإِنÙَهُمْ لَا يَفْعَلُونَهُ غَالِبًا لِضِيقِ وَقْتِهَا، وَكَانَ ابْتِدَاءُ حُدُوØÙ ذَلِكَ فِي أَيÙَامِ السÙُلْØÙŽØ§Ù†Ù النÙَاصِرِ صَلَاحِ الدÙِينِ بْنِ أَيÙُوبَ وَبِأَمْرِهِ فِي مِصْرَ وَأَعْمَالِهَا. وَسَبَبُ ذَلِكَ أَنÙَ الْحَاكِمَ الْمَØÙ’ذُولَ لَمÙَا قُتِلَ أَمَرَتْ أُØÙ’تُهُ الْمُؤَذÙِنِينَ أَنْ يَقُولُوا فِي حَقÙِ وَلَدِهِ السÙَلَامُ عَلَى الْإِمَامِ الØÙَاهِرِ، ØÙÙ…Ùَ اسْتَمَرÙَ السÙَلَامُ عَلَى الْØÙÙ„َفَاءِ بَعْدَهُ إلَى أَنْ أَبْØÙŽÙ„َهُ صَلَاحُ الدÙِينِ الْمَذْكُورُ وَجَعَلَ بَدَلَهُ الصÙَلَاةَ وَالسÙَلَامَ عَلَى النÙَبِيÙِ – صَلÙَى اللÙَهُ عَلَيْهِ وَسَلÙَمَ -ØŒ فَنِعْمَ مَا فَعَلَ، فَجَزَاهُ اللÙَهُ ØÙŽÙŠÙ’رًا وَلَقَدْ اُسْتُفْتِيَ مَشَايِØÙÙ†ÙŽØ§ وَغَيْرُهُمْ فِي الصÙَلَاةِ وَالسÙَلَامِ عَلَيْهِ – صَلÙَى اللÙَهُ عَلَيْهِ وَسَلÙَمَ – بَعْدَ الْأَذَانِ عَلَى الْكَيْفِيÙَةِ الÙَتِي يَفْعَلُهَا الْمُؤَذÙِنُونَ فَأَفْتَوْا بِأَنÙَ الْأَصْلَ سُنÙَةٌ وَالْكَيْفِيÙَةُ بِدْعَةٌ وَهُوَ ظَاهِرٌ كَمَا عُلِمَ مِمÙَا قَرÙَرْته مِنْ الْأَحَادِيØÙ Artinya “Para muadzin sungguh telah melakukan pembaharuan, yakni melantunkan bacaan shalawat dan salam kepada nabi setelah adzan shalat fardlu, kecuali di waktu subuh dan di waktu hari jum’at, mereka melantunkan shalawat tersebut sebelum adzan, dan kecuali pada waktu maghrib, mereka tidak melakukannya pujian shalawat karena waktu yang terbatas”. Tradisi ini awal mula ditemukan pada era kepemimpinan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi, yang memerintahkan masyarakat Mesir beserta pejabat setempat untuk mengamalkannya. Inisiatif itu bermula ketika raja Mesir yang bernama Hakim Al-Mahdul telah meninggal karena dibunuh. Adik perempuan dari Sultan Al-Hakim menginstruksikan kepada para muadzin untuk melantunkan pujian demi mengenang kematian kakaknya. Dengan melantunkan pujian setelah adzan yakni “salam sejahtera kepada imam yang suci”. Seiring berjalannya waktu, redaksi pujian tersebut di tambahkan dengan menyebut nama-nama mantan khalifah setelah Hakim Al-Mahdul. Sampai pada nama Salahudin Al-Ayyubi menjabat sebagai Sultan, beliau merevisi kebiasan tersebut dan menggantinya dengan bacaan shalawat dan salam kepada Nabi. Sungguh inisiatif yang sangat baik sekali. Atas dasar itulah, para ulama memberikan komentar tentang hukum pujian shalawat setelah adzan sesuai dengan cara-cara yg dilakukan oleh Muadz. Pada hakikatnya tradisi pujian tersebut adalah sunnah, mengenai tata caranya adalah bid’ah. Syekh Wahbah Al-Zuhaili dalam kitab Fiqh al-Islami Wa Adillatuhu menyatakan bahwa bid’ah yang dimaksudkan di sini, oleh para fuqoha’ diarahkan pada bid’ah hasanah yang memiliki dasar sunnah. Baca juga Sejarah Peralihan Kiblat Umam Islam, dan Adanya Masjid Dua Kiblat Senada dengan pernyataan tersebut, Syaikh Amin al-Kurdi dalam kitab Tanwir al-Qulub menyatakan واما الصلاة والسلام على النبي صلى الله عليه وسلم عقب الأذن فقد صرح Ø§Ù„Ø£Ø´ÙŠØ§Ø Ø¨Ø³Ù†ØªÙ‡Ù…Ø§ ولا يشك مسلم في أنهما من أكبر العبادات والجهر بهما وكونهما على منارة لا ÙŠØØ±Ø¬Ù‡Ù…ا عن السنية Artinya “Adapun hukum membaca pujian shalawat dan salam kepada Nabi setelah adzan, para masyakhi menjelaskan bahwa hukum keduanya ialah sunnah, dan seorang muslim tidak boleh meragukan bahwa shalawat dan salam merupakan salah satu ibadah yang sangat besar pahalanya, adapun mengumandangkannya dengan suara keras yang dilakukan di atas menara atau speaker, tidak menjadikan shalawat dan salam tersebut keluar dari hukum keseunnahannya”. Dari beberapa penjelasan di atas, maka melantunkan pujian shalawat setelah adzan dan sebelum Iqomah, hukumnya tidak bid’ah, bahkan selaras dengan sunnah dan merupakan anjuran para ulama salafus shalih. Jadi sangat disayangkan sekali bilamana tradisi pujian tersebut kini mulai ditinggal oleh generasi millenial saat ini. Seharusnya sebagai generasi millenial, kita harus senantiasa melestarikan warisan para leluhur yang mengajarkan Islam melalui dakwah yang rahmah dan ramah, serta menghormati kearifan budaya masyarakat Nusantara. Penulis M. Asep Jamaludin Az-zahid, Sekretaris LBM NU Jember. Segalapuji bagi Allah, Tuhan semesta. Amma ba'du. mereka adalah orang-orang yang paling teguh dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah." KEENAM, pujian Ibnu Taimiyah terhadap para ulama sufi. Berikut ini kutipan dari surat panjang Ibnu Taimiyah pada jamaah Imam Sufi Syekh Adi bin Musafir Al Umawi, (Majmu' Fatawa
Pujipujian populer pada tahun 781 H. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Abidin dalam kitabnya "Hasiyah" yang merujuk pada pendapat Imam As-Syakhawi. Ibnu Abidin mengatakan bahwa, pendapat yang didukung oleh Madzhab Syafi'i dan Hanbali adalah pendapat yang mengatakan shalawat setelah adzan adalah sunah bagi orang yang adzan dan orang yang mendengarnya.

Olehkarena itu sebaiknya puji-pujian itu berupa kalimat-kalimat yang mengandung dzikir, tasbih, takbir, tahlil, shalawat dan doa-doa dengan irama yang santun, terutama setelah adzan dikumandangkan. Ada beberapa hadits Nabi Saw, yang menyebutkan bahwa, doa-doa yang di baca sesudah adzan dan sebelum iqamat itu mustajabah (dikabulkan Allah).

\n\n\n larangan puji pujian setelah adzan
Artinya Ketika kalian mendengarkan adzan maka jawablah, kemudian setelah itu bacalah sholawat kepadaku. (H.R. Muslim dan Abu Dawud) Pendapat di atas ini juga didukung oleh Imam Jalaludin as-Suyuthi, Ibnu Hajar al-Haitsami, Syeikh Zakariya al-Anshori, dan lain lain. 2Jlm.